Arsip untuk April, 2014

Alasan Cowok Pintar Susah Dapat Cewek

Alasan Cowok Pintar Susah Dapat Cewek

 

Orang cerdas biasa digambarkan berpenampilan kikuk, berkacamata tebal, jerawatan, dan gayanya “Culun”. Orang cerdas juga distereotipkan sulit bergaul dan lemah. Tapi bukannya tidak harus jadi cerdas agar tampak seperti itu? Kadang pula masyarakat mengategorikan individu yang tahu cara menggunakan otaknya sebagai pintar—padahal belum tentu IQ mereka luar biasa. Intelegensi sebagai komponen penting penyusun kepribadian manusia memengaruhi tiap aspek kehidupan ‘tak terkecuali romansa. Terdapat suatu korelasi antara tingkat kepandaian dengan pola komunikasi asmara seseorang. Kepintaran merupakan hal yang banyak orang ingin miliki guna memikat lawan jenis walaupun, mereka sesungguhnya tidak paham perubahan apa yang akan terjadi jika itu benar-benar terwujud.

 

Pengantar

            Masyarakat sering salah kaprah dengan menganggap anak pintar adalah mereka yang menguasai fisika, matematika, atau bahasa Inggris. Kepandaian sendiri ada berbagai jenis, seperti: Kecerdasan musikal, gerak, spasial, linguistik, intrapersonal, interpersonal, logika-matematik, dan naturalistik. Ini adalah teori kecerdasan ganda (multiple intelligence) Howard Gardner. Maka orang yang pintar bersosialisasi atau olahragawan pun bisa dianggap pandai. Namun khusus artikel ini kita akan bahas tentang mereka yang pintar secara logika-matematik dan spasial. Ini karena permasalahan romansa mereka cenderung berbeda dengan orang ber-IQ rata-rata. Posting berikut berupaya menjabarkan pada anda dampak negatif kecerdasan pada romansa seseorang.

 

“Seseorang disayangi karena (memang) dia dicintai. Tidak butuh alasan untuk mencinta.”

Paulo Coelho

 

Penjelasan

            Banyak alasan kenapa makin pintar cowok kian terhambatlah alur romansanya. Tapi dari semua alasan di bawah nanti, sifatnya lebih ke keyakinan pribadi atau paradigma semata. Sehingga perbaikannya pun hanya bisa lewat rekonstruksi pola pikir. Berikut adalah beberapa uraian penyebab cowok pintar sulit mendekati cewek:

 

  1. Overanalitis

Kepintaran seseorang berbanding lurus dengan kemampuan dan kecepatan mengolah informasi. Cowok pintar seolah dapat menghasilkan empat sampai lima skenario penolakan tiap detiknya ketika hendak mendekati cewek. Ini yang membuat mereka cuma berpikir tanpa bertindak. Berbeda dengan cowok biasa yang mungkin hanya dapat menciptakan satu sampai tiga skenario saja per jam. Kemampuan cowok intelek dalam menggubah simulasi PDKT kadang justru memupuk subur kecemasan romansa mereka. Tahu kegagalan pasti hinggap, cowok cerdas sudah siap menggunakan akal mereka untuk merasionalisasi kondisi ini (defense mechanism).

 

  1. Sulit atau Tidak Mungkin Berhubungan Dengan Cewek yang Intelektualitasnya ‘Tak Sepadan

Cowok cerdas mampu mempelajari dan mempraktikkan ratusan trik ampuh memikat cewek. Tapi mereka tentu akan kecewa ketika selalu membuktikan bahwa (tanpa bermaksud menyudutkan) kecantikan cewek berbanding terbalik dengan isi otaknya. Cewek cantik begini mungkin lantaran sedari kecil sudah menyadari daya pikat mereka sehingga lalai mengasah intelektualitas dan lebih fokus merawat penampilan. Topik yang disukai cewek cantik biasanya tidak jauh dari gosip serta hal-hal ringan lainnya. Ini jelas tidak bakal merangsang jiwa analitis cowok cerdas. Apa yang cowok pintar suka bicarakan bisa jadi justru akan membuat jenuh cewek cantik. Menampakkan intelektualitas pada cewek juga mungkin akan membuat cowok cerdas cuma jadi tukang mengerjakkan PR pacarnya saja. Cowok pintar harus menemukkan perempuan yang bisa mereka ajak bertukar pendapat dan pemikiran! Sebab hubungan yang didasari hal tadi bakal bertahan lebih lama ketimbang yang hanya mengutamakkan daya tarik jasmaniah—yang mungkin pula tujuannya semata agar mendapat pengakuan teman.

 

  1. Tidak Banyak Cewek yang Paham Humor Cowok Pintar

Anda boleh jadi adalah cowok cerdas yang menggemari beragam lelucon ironi, sindiran, atau lawakan lain yang relatif kompleks. Namun cewek dengan kepandaian biasa akan sukar mencerna maksud humor anda. Bukannya lucu bisa jadi anda malah dicap “Garing”. Orang ber-IQ standar akan lebih paham jika guyonan anda berdasarkan cerita nyata atau pengalaman pribadi. Maka, bila anda bukan orang yang secara umum humoris jauhilah lelucon saat bertemu individu atau kelompok yang tidak bakal memahaminya!

 

  1. Terlalu Fokus Pada Alasan Ketimbang Emosi

Tipikal cowok memang begini tapi bagi yang cerdas efeknya bisa berlipat ganda. Keadaan itu mungkin disebabkan pengaruh tetstosteron yang melemahkan kemampuan individu dalam menangkap sinyal-sinyal emosi. Testosteron memang membuat seseorang lebih cerdas, analitis, blakblakan, dan gapah bermusik tapi hormon ini pula membuat sifat jadi dingin. Saat mendengar obrolan, cowok intelek cenderung tertarik pada penyebab cerita ketimbang perasaan apa yang sebenarnya hendak disampaikan si pembicara.

 

  1. Standar Relatif Tinggi

Sukar dibantah bahwa memang lebih gereget gagal mencintai gadis cantik dan elit ketimbang berhasil tapi dengan cewek biasa. Cowok intelek yang tahu cara memikat lawan jenis tentu paham perhitungan modal dan waktu yang dihabiskan untuk menggaet satu hati perempuan. Mereka cenderung enggan menebar Cinta membabi buta dan lebih senang menunggu kesempatan menembakkan satu peluru asmara untuk merobohkan target besar. “Pemancing tidak dikagumi karena mendapat ratusan ikan kecil melainkan lantaran mereka menangkap satu tuna terbesar”, kira-kira seperti itulah pola pikir cowok cerdas. Cowok intelek ingin cewek yang bisa membuat mereka tetap tertarik dan bergairah untuk waktu yang lama. Sayangnya tidak cukup banyak perempuan di luar sana yang secara fisik cocok dan benar-benar bisa mengimbangi kerumitan pola pikir mereka.

 

  1. Tidak Mau Menerima Kegagalan

Cowok intelek terbiasa benar dan sukses dengan semua asumsi mereka. Cowok cerdas senantiasa mencari segunung informasi sosial tentang cewek guna memastikan keberhasilan romansa. Padahal yang mereka butuhkan ialah banyak bergaul dan mencoba beragam metode PDKT. Ini bukan berarti mengumpulkan data sebelum menjajaki percintaan itu buruk. Kebutuhan akan analisa dan ketakutan pada kegagalan selalu memotivasi cowok pintar untuk jadi pakar di segala bidang. Mereka ingin mempertahankan kesan “Cowok cerdas” dengan menolak jadi pemula dalam hal apapun. Prinsip di atas melahirkan sifat arogan dan buta pada cowok intelek. Mereka kerap menampik saran serta pendapat orang yang kecerdasannya kurang setara. Cowok pintar cenderung menolak melihat, memahami, apalagi mengakui kesalahan romansa mereka. Cowok intelek naif dengan berpikir bahwa cewek akan serta-merta terpikat oleh IQ mereka. Cowok pintar berkonsentrasi pada apa yang cewek pikirkan bukan perasaannya. Ini pula yang membuat mereka berupaya keras jadi cowok baik dengan menyogok cewek habis-habisan. Saat cara tersebut gagal, biasanya yang mereka salahkan adalah perempuan. Dalam kasus barusan, cowok intelek tidak mengerti bagaimana rasanya disuap orang asing.

 

Penyelesaian

            Jangan pernah mengukur kondisi orang lain semata berdasarkan pengalaman anda! Apakah anda pikir cowok pintar akan menderita jika lama menjomblo? Belum tentu. Bisa jadi mereka memiliki strategi mental yang kuat dalam menunda kesenangan. Walau begitu, tidak menjamin juga strategi tersebut akan menambah daya pikat mereka. Masih ada banyak hal yang cowok intelek wajib perbuat sebelum daya pikat dan tatanan mental mereka sanggup mendorong keberhasilan romansa. Tapi sebelum jauh berbicara, ada baiknya kita definisikan dulu apa dan bagaimana mengetahui keberhasilan romansa. Budaya barat menilai individu itu mampu atau tidak dalam asmara berdasarkan kehadiran pasangan—tidak peduli apakah itu datangnya dari Cinta satu malam, kencan, kumpul kebo, atau pernikahan. Sedangkan budaya Indonesia mengukur kehidupan romansa seseorang dari menikah atau tidaknya mereka. Budaya ABG Indonesia lebih ‘tak masuk akal lagi dalam mengartikan keberhasilan romansa. Cowok yang punya banyak mantan dan pasangan dianggap luar biasa namun jika cewek yang berbuat begini dicap jalang.

Cowok cerdas mesti mulai memahami bahwa kemampuan bergaul itu “Skil”, bukannya tumpukan informasi! Skil artinya makin dipraktikkan bakal kian fasih atau lancar. Kemampuan bersosialiasi, jika dimengerti dengan seksama, ialah dasar utama bagi pergaulan antar lawan jenis. Lewat penguasaan keahlian sosial anda tidak akan mudah ereksi ketika mengobrol dengan perempuan; pembawaan bisa lebih tenang dan terhindar dari kepura-puraan. Cowok cerdas mungkin lazimnya adalah tipe individu yang gemar menyendiri guna berfokus terhadap minat atau kerjaan mereka. Lamanya kesendirian tidak akan membuat mereka kesepian. Cowok pintar umumnya pula punya hasrat untuk memaknai tiap interaksi sosialnya. Mungkin itu bagian usaha cowok intelek untuk membedakan diri dengan orang biasa yang punya waktu bergaul lebih dari mereka.

Ketika melihat ada cewek yang memberi kode, cowok cerdas mesti belajar untuk merespons secara tepat pesan tersebut! Mereka wajib mampu berkomunikasi pada tingkat emosional dengan siapapun! Cowok pintar sebaiknya dengan teliti memerhatikan berbagai detail dalam interaksi sosial sehari-hari! Misalnya cara melipat kertas, menjawab sapaan, ekspresi wajah, atau kuatnya genggaman jabat tangan seseorang. Semua pertanda mikro ini bisa dibaca sebagai bagian dinamika kognitif seseorang yang merupakan bahan pertimbangan guna mengantisipasi beragam kondisi sosial. Kepekaan pada informasi-informasi yang amat halus ini niscaya akan membuat cowok cerdas bernilai lebih di mata perempuan. Selanjutnya tinggal bagaimana mereka memaksa diri untuk berani memulai lebih banyak interaksi dengan perempuan. Ini ibarat mendorong mobil mogok. Apa yang berat hanyalah saat berusaha menggerakkan mobil yang tadinya diam. Setelah berjalan, tolakan pun perlahan pasti makin ringan. Begitupun setelah terbiasa dengan pergaulan antar lawan jenis dalam berbagai konteks (entah itu persahabatan, romansa, atau profesional) cowok intelek kelak menemukan arah romansanya sendiri.

 

*Artikel ini mengutip rujukan artikel Time To Play Dumb: How Your Intelligence Affects Your Success With Women, Why Very Intelligent Men Fail With Women, serta banyak artikel lainnya.

 

Daftar Pustaka:

Cervone, D. & L. Pervin (2012). Kepribadian: Teori dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika.

Fisher, Helen (2011). Why Him, Why Her? Jakarta: Ufuk Publishing.

Sarwono, Sarlito (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.